Network Centric
class="separator" style="clear: both;">
1) Network Centric Warfare adalah metode peperangan yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data secara real time dari markas ke unit-unit tempur dan sebaliknya, untuk mempercepat proses pengambilan keputusan komando yang didasarkan pada data-data dan informasi terkini. NCW berasal dari doktrin perang AS di era 90-an. NCW merupakan konsep siskodal (sistem komando dan pengendalian) operasi militer modern yang mengintegrasikan seluruh komponen atau elemen militer ke dalam satu jarngan komputer NCW yang berbasis satelit dan jarngan internet rahasia. Dengan payung NCW, maka berbagai komponen militer yang terlibat dalam operasi tempur dapat saling terhubung (get connected) secara online system dan real time, sehingga keberadaan lawan dan kawan dapat saling diketahui melalui visualisasi di layar komputer atau laptop.
Network Centric Warfare (NCW) baru dikenal
semenjak 1998 dengan dipublikasikannya artikel Arthur K. Cebrowski dan John J. Gartska yang berjudul “Network Centric Warfare: Its Origin and
Future” di jurnal resmi Angkatan Laut AS (US Navy) Proceedings.21 Tetapi
perkembangan ide cara berperang berbasis teknologi informasi sudah
ada semenjak 1996 melalui tulisan Admiral William A. Owens berjudul
“The Emerging US System of Systems” di Strategic Forum jurnal terbitan
National Defense University.
Dalam tulisannya Cebrowski dan Gratska berargumen, dengan
kondisi perubahan fundamental masyarakat dan ekonomi di AS yang
semakin berbasiskan TI, maka perlu ada perubahan doktrin militer AS yang
mampu beradaptasi dengan perkembangan TI dan memanfaatkaannya
secara maksimal.22
Tahapan Revolution on Military Affairs (RMA) pada era TI yang
paling fundamental adalah dengan mengubah doktrin militer yang
berbasiskan “platform centric warfare” menjadi “network centric” warfare.
23
Implikasi perubahan itu tidak hanya pada konteks doktrin militer, tetapi
lebih jauh juga pada perubahan cara berperang yang dilakukan.24
Ada dua utama perubahan dari platform centric warfare menjadi
network centric warfare menurut Cebrowski dan Gratska, yaitu:
1. Perubahan cara pandang, yang sebelumnya melihat aktor-aktor
militer sebagai aktor independen menjadi aktor yang secara
berkesinambungan dapat beradaptasi dengan ekosistem.
2. Pembuatan ataupun pemilihan berbagai pilihan-pilhan strategis
yang dapat selalu beradaptasi dan bertahan dalam kondisi
dinamika ekosistem tersebut.25
Karakteristik utama operasi militer berbasis NCW adalah interaksi
informasi yang sangat intens antar aktor/unit militer secara terjejaring.26
Model itu memungkinkan para aktor/unit militer bertindak dan
berinteraksi secara fleksibel dan dinamis, dengan terus beradaptasi
terhadap ekosistem peperangan yang sedang dilakukan.27 Dalam NCW
elemen ini disebut sebagai information superiority yang dapat menghasilkan
situational awareness. Dengan penyebaran dan interaksi informasi antar aktor/unit militer
yang dilakukan secara intens serta terjejaring, NCW juga memungkinkan
untuk terbentuknya speed of command.
28 Cara untuk mengorganisir
militer yang kompleks juga dapat dilakukan dengan cara dari bawahkeatas (bottom-up) sesuai dengan teori kompleksitas, sehingga dengan
dukungan speed of command operasi militer dapat dilakukan melalui cara
self-synchronization untuk menyesuaikan antara perintah dari komandan
terhadap kondisi atau situasi nyata yang dialami oleh unit militer di
medan peperangan.29
Terdapat empat prinsip dasar doktrin NCW, yaitu:
1. Kekuatan militer yang terjejaring secara kuat akan meningkatkan
kemampuan penyebaran informasi (information sharing).
2. Penyebaran informasi akan meningkatkan kualitas informasi
dan juga penyebaran kesadaran situasi (situational awarness).
3. Penyebaran shared awareness memungkikan dilakukannya
kolaborasi dan self-synchronization secara berkelanjutan, serta
peningkatan komando/perintah secara cepat (speed of command).
4. Ketiga prinsip tersebut akan meningkatkan efektivitas suatu
misi/operasi.30
2) Battlefield Management System (BMS) merupakan sistem dapat memenuhi kebutuhan decision- making, simulasi perang, analisis, prediksi, pelatihan taktik dan strategi. Dalam sebuah simulasi BMS, terdapat unit-unit militer yang masing-masing memiliki fungsi, tugas, kemampuan dan karakteristik yang berbeda. Battlefield Management System (BMS) adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan decison-making, simulasi perang, analisis, prediksi, pelatihan taktik dan strategi.
3) Agar PRC tidak dapat di sadap setidaknya kita harus menggunakan pengamanan komunikasi (comsec) serta pengamanan transmisi (transec). COMSEC diterapkan pada radio komunikasi agar tidak mudah disadap. Ada berbagai macam metode pengamanan ini, antara lain dengan menggunakan enkripsi dengan kunci. LenVDR10-Mp menggunakan algoritma AES128 untuk mengacak data maupun suara.
Advanced Encryption Standard (AES) merupakan standar enkripsi dengan kunci simetris. Standar ini terdiri atas 3 blok chipper, yaitu AES-128, AES-192 dan AES-256. Masing-masing chipper memiliki ukuran 128-bit dengan ukuran kunci masing-masing 128, 192 dan 256 bit.
TRANSEC adalah pengamanan pada sinyal transmisi. Metode yang digunakan untuk mengimplementasikan transec ini adalah frekuensi hopping dan spread spectrum. Frekuensi hopping adalah sebuah metode transmisi radio dengan mengubah-ubah frekuensi carrier yang digunakan secara cepat & acak. Frekuensi hopping menggunakan urutan psedo-random yang dikontrol oleh algoritma kriptografi dengan kunci. Mode Frequency Hopping dimaksudkan supaya komunikasi tidak dapat disadap ataupun diganggu (oleh jamming). Pada LenVDR10-MP, perubahan frekuensi carrier saat Hopping berubah dengan kecepatan pindah 100 hop/detik, dengan resolusi perpindahan frekuensi 25kHz dan rentang frekuensi sebesar 3400 kHz di sekitar frekuensi channel yang aktif. Gambar berikut adalah ilustrasi frekuensi hopping dilakukan.
Berikut adalah gambar komunikasi secara hopping dengan gangguan.
Comments
Post a Comment